Friday, February 3, 2012

Ketika Menanti Cinta

expr:id='"post-body-" + data:post.id'>


Ketika embun masih menyelebungi si pagi, ketika sang mentari masih segan silu menampakkan wajah indah ciptaan-Nya dan ketika irama merdu alam terus memecah kesunyian si pagi, Abdullah Mifzal Audadi masih tetap setia bertasbih memuji nama Tuhan Yang Satu, Allah Ar-Rahman Ar-Rahim. Butir-butir cinta terus mengalir dari kelopak mata seorang hamba Allah yang begitu kerdil disisiNya.

Abdullah yang sebenarnya dihantui suatu perasaan yang membuat hatinya tidak tenteram, yang membuat hatinya kadang-kadang terbang menerawang di awan-awan yang tidak pasti dimana penghujungnya. Titik permasalahan ini ialah Abdullah ketika ini masih mengharapkan dan sentiasa berharap agar dia dan Nur Mardhiah, gadis yang diminatinya suatu hari nanti akan disatukan dengan ikatan cinta yang halal. Meskipun begitu, dia perlu masih menunggu sehingga saat itu tiba dan ketika menunggu saat itu hatinya dilanda kerisauan, takut-takut bunga pujaan nya itu dipetik orang dan yang lebih membuatkan lagi dia takut bunga nya itu dengan rela dipetik orang lain selain dirinya..

Usai bermunajat dan beribadah kepada-Nya, Abdullah membaca sebuah kisah yang terkandung di dalam buku yang dibelinya semalam. Kisah itu benar-benar mengetuk hati Abdullah. ia mengisahkan tentang..

Seorang lelaki memasuki sebuah masjid bukan pada waktu solat, lalu ia menjumpai seorang anak kecil berusia sepuluh tahun sedang melaksanakan solat dengan khusyu'. Ia menunggu hingga anak kecil itu menyelesaikan solatnya, kemudian orang itu mendekatinya dan bertanya.

"Anak siapa wahai anakku?" anak kecil itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan menitiskan air mata dipipinya. Kemudian ia mengangkat kepalanya dan berkata, "Wahai pak cik, saya seoranag anak yatim piatu."

Lelaki itu tersentuh sekali hatinya dan berkata, "Mahukah kamu menjadi anak angkatku?"


Anak kecil itu berkata, "Apakah jika aku lapar engkau akan memberiku makanan?" Orang itu menjawab "Ya!!"


Anak kecil itu bertanya lagi,"Apakah jika aku tidak mempunyai pakaian, engkau akan memberiku pakaian?"Orang itu mengangguk dan mengatakan, "Ya!!"


Anak kecil itu bertanya lagi, "Apakah engkau akan menyembuhkanku jika aku sakit?" Orang itu menjawab, "Wahai anakku,aku tidak dapat melakukan itu"


Anak kecil itu bertanya lagi, "Apakah engkau akan menghidupkan ku bila aku mati?" Orang itu menggelengkan kepala. "Aku juga tidak sanggup"

Akhirnya anak itu berkata, "Kalau demikian wahai pak cik,serahkanlah diriku kepada:"Tuhan yang telah menciptakan aku,maka Dialah yang menunjukkan hidayah kepadaku, dan Tuhanku yang Dia memberi makanan dan minum kepadaku dan apabila aku sakit Dialah yang menyembuhkan aku, dan yang akan mematikan aku kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan yang amat ku inginkan akan mengampuni keslahanku pada hari kiamat"
(Surah As-Syu'ara' : 78-82)


Lelaki itu pun diam dan pergi meneruskan urusannya, sedang anak kecil itu berkata, "Aku beriman kepada Allah. Barangsiapa bertwakal kepada Allah nescaya Dia akan memberi kecukupan kepadanya."


Begitulah kisah anak seorang ank kecil yatim piatu yang begitu kuat pergantungannya pada Allah dan begitu tinggi keyakinannya pada kekuasaan dan ketentuan Allah. Dia merasakan cukup hanya Allah tempat dia bergantung dan bertawakal. Sedangkan anak kecil ini begitu yakin akan ketentuan Allah tapi kita sndiri sering takut dan terfikir adakah akan ada rezeki untuk kita pada hari ni, esok dan seterusnya?

Hati Abdullah merintih dengan sebuah penyesalan, dirinya begitu malu dengan kisah anak yatim yang begitu hebat pergantungannya pada Allah itu. Hatinya ditebak perasaan sangat-sangat bersalah, dia tahu bahwa dirinya selama ini seolah-olah mempersoalkan ketentuan illahi, dia kerap memikirkan masa depannya bersama Nur Mardhiah yang sebenarnya bagaikan bayang-bayang yang tiada jaminan untuk muncul sebagai kenyataan. Dia menyesal dan tekad untuk bertawakal sepenuhnya kepada Allah mengenai "harapan masa depan" nya itu namun hati kecilnya utuh mengaharap Allah jodohkan mereka berdua. kisah anak yatim itu benar-benar mengajarkannya erti kesabaran, tawakal dan redha akan setiap jalan takdir yang telah ditentukan oleh-Nya..


Lantas.. jari-jari Abdullah terus mencoretkan sebuah luahan hati di dalam diarinya..




Andai kau tahu. aku juga harap kau tahu
Aku mengharapkanmu menjadi teman hidupku

Namun aku tidak boleh menjamin apa-apa.
Bukan aku yang menulis di lauh mafuz sana .. tapi DIA
DIA, Allah yang menjadikan dirimu dan diriku
di tangan-Nya itu sudah tertulis takdir kita yang kita tidak ketahui

Insya-Allah Jodoh tidak akan lari
jika sudah memang ditakdirkan kita bersama
Biarpun beribu bidadari datang melamar ku
Insya-Allah dirimu tetap untukku
Jika itu yang Allah kehendaki

Jodoh itu seperti rezeki
Dan ku amat berharap dirimulah
akan menjadi rezeki terindah dari Allah buatku
Namun ku insan yang tiada daya dan upaya
melainkan kekuatan yang segalanya datang dariNya

Ku mohon sungguh Ya Allah,
Kuatkanlah imanku dan imannya..
Jika dia benar untukku
Maka dekatkanlah hatiku dengan hatinya di jalan Mu,
Jika dia bukan untukku,
damaikanlah hatiku dengan ketentuan Mu

Coretan hatinya itu benar-benar membuatkan hatinya tenang. Sungguh, bertawakal kepada Allah adalah jalan terbaik untuk keluar daripada kekusutan dan kerisauan.

"Barang sesiapa yang bertaqwa kepada Allah maka Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (bagi permasalahan yang menimpa mereka). Dan juga memberikannya rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. " (At-Talaq : 3)

0 comments:

 

Blog Template by YummyLolly.com - Header made with PS brushes by gvalkyrie.deviantart.com
Sponsored by Free Web Space